Ditinjau oleh: dr. Pattiyah
Konstipasi, atau sembelit, merupakan salah satu gangguan pencernaan yang umum dialami banyak orang. Kondisi ini terjadi ketika feses menjadi keras, sehingga sulit dikeluarkan dari tubuh.
Meskipun terkesan sepele, konstipasi dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Bila tidak ditangani dengan tepat, konstipasi juga dapat berakibat pada masalah kesehatan yang lebih serius.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang konstipasi, mulai dari pengertian, faktor penyebab, ciri-ciri, dampak kesehatan, hingga cara mencegah dan mengatasinya.
Apa itu Konstipasi?
Konstipasi, atau yang lebih dikenal sebagai sembelit, adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar. Gejalanya mencakup buang air besar kurang dari 3 kali seminggu, tinja yang keras, serta kesulitan dalam proses buang air besar.
Ini adalah masalah umum yang dapat dialami oleh siapa saja. Penyebab konstipasi meliputi kurangnya serat dalam makanan, kurang minum air, dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor lain seperti stres, penggunaan obat-obatan tertentu, atau kondisi medis tertentu juga dapat menyebabkan konstipasi.
Faktor-faktor Penyebab Konstipasi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan lambatnya pergerakan feses dalam usus besar, yaitu:
1. Gaya Hidup
Kebiasaan dan pola hidup yang tidak sehat dapat menjadi pemicu utama konstipasi. Berikut beberapa faktor gaya hidup yang dapat menyebabkan konstipasi:
- Kurang cairan: mengonsumsi cukup air putih sangat penting untuk kesehatan pencernaan. Cairan membantu melunakkan feses dan memudahkan pergerakannya melalui usus besar.
- Menunda BAB: kebiasaan menunda keinginan untuk buang air besar (BAB) dapat memicu konstipasi. Ketika Anda merasakan keinginan untuk BAB, sebaiknya segera ke toilet. Menunda BAB dapat menyebabkan feses menjadi lebih kering dan keras di dalam usus.
- Kurang aktivitas fisik atau mobilisasi: olahraga atau aktivitas fisik secara teratur dapat membantu melancarkan pergerakan usus. Aktivitas fisik merangsang kontraksi otot usus, sehingga feses dapat terdorong keluar dengan lebih mudah. Kurangnya mobilisasi/ bergerak juga dapat menyebabkan kontraksi usus menjadi berkurang sehingga memicu konstipasi/sembelit
Baca Juga: Apa itu Asam Lambung? Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
2. Obat-obatan Tertentu
Konstipasi bisa terjadi karena efek samping dari penggunaan beberapa jenis obat-obatan. Berikut beberapa kategori obat yang berpotensi menyebabkan konstipasi:
- Obat pereda nyeri
- Obat hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Obat epilepsi
- Antidepresan
- Obat untuk gangguan saraf
- Obat alergi
3. Gangguan Otot Dasar Panggul (Pelvic Floor Muscle)
Otot dasar panggul adalah kumpulan otot yang menopang organ-organ di bagian bawah rongga perut, termasuk kandung kemih, usus, dan rahim.
Dalam proses BAB, otot dasar panggul perlu bekerja secara harmonis. Otot ini perlu relaksasi untuk memungkinkan feses keluar dari rektum. Masalah dengan otot dasar panggul, baik berupa kelemahan atau gangguan koordinasi, dapat menjadi penyebab konstipasi kronis.
4. Faktor Lainnya
Selain faktor gaya hidup, obat-obatan, dan gangguan fisik, konstipasi juga bisa disebabkan oleh berbagai kondisi medis tertentu. Berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan atau memperparah konstipasi:
- Diabetes: Kadar gula darah yang tinggi pada penderita diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf, termasuk saraf yang mengatur fungsi dan pergerakan usus sehingga berpotensi menimbulkan konstipasi.
- Kehamilan: Perubahan hormon selama hamil dapat memperlambat pergerakan usus dan menjadi penyebab terjadinya konstipasi atau sembelit pada beberapa wanita. Seiring bertambahnya usia kehamilan rahim menjadi semakin membesar dan menekan organ-organ sekitarnya seperti, kantung kemih dan usus, hal ini juga dapat memicu perlambatan dari pergerakan usus yang nanti nya juga dapat memicu terjadinya konstipasi/sembelit
- Gangguan Saraf: Kerusakan atau gangguan fungsi saraf yang mengendalikan usus besar dapat menyebabkan lambatnya pergerakan feses dan menimbulkan konstipasi.
- Penyakit Parkinson: Penyakit Parkinson dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf yang mengontrol gerakan otot, termasuk otot usus. Hal ini dapat menyebabkan konstipasi.
Gejala Konstipasi
Konstipasi ditandai dengan berbagai gejala yang mengganggu proses buang air besar (BAB). Ciri-ciri umum sembelit meliputi:
- Frekuensi BAB kurang dari 3 kali seminggu
- Feses keras dan kering:
- Kesulitan atau nyeri saat BAB
- Perasaan tidak tuntas setelah BAB
- Perasaan penuh atau tertekan di perut
Konstipasi atau sembelit dikatakan kronis jika Anda mengalami minimal dua dari ciri-ciri sembelit tersebut selama tiga bulan atau lebih. Konstipasi kronis perlu diwaspadai dan dikonsultasikan dengan dokter umum untuk mencari tahu penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami konstipasi disertai gejala berikut:
- Gejala sembelit yang berlangsung lebih dari tiga minggu.
- Gejala sembelit yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- BAB berdarah atau terdapat darah pada tisu toilet.
- Adanya darah pada feses atau feses berwarna hitam.
- Perubahan bentuk atau warna feses yang tidak biasa.
- Nyeri perut hebat dan menetap.
- Penurunan berat badan tanpa sebab.
Baca Juga: Mengenal Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) pada Wanita
Dampak Konstipasi Terhadap Kesehatan
Konstipasi yang tidak ditangani dengan baik, terutama konstipasi kronis, dapat menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan. Berikut beberapa dampak yang bisa terjadi:
1. Hemorrhoid
Menunda BAB dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di sekitar anus. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah sekitar anus melebar dan beresiko pembuluh darah dapat pecah sehingga menimbulkan bab berdarah/wasir.
2. Fisura Ani (Anal Fissure)
Feses yang keras dan kering dapat menggores atau menyobek jaringan kulit di sekitar anus sehingga menimbulkan luka disekitar lubang anus. Kondisi ini menyebabkan nyeri, terutama saat BAB.
3. Impaksi Feses (Fecal Impaction)
Konstipasi yang parah dapat menyebabkan feses menumpuk dan mengeras di dalam usus besar. Feses yang menumpuk ini dapat menyumbat usus besar dan menyulitkan BAB lebih lanjut.
4. Prolaps Rektum (Rectal Prolapse)
Menunda BAB terus-menerus saat konstipasi dapat melemahkan otot panggul dan rektum. Pada kondisi yang parah, rektum bisa turun dan menonjol keluar dari anus.
Cara Mencegah dan Mengatasi Konstipasi
Untuk mencegah dan mengatasi sembelit, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain:
- Menjaga pola makan yang sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
- Meningkatkan asupan cairan dengan minum air putih minimal 8 gelas sehari.
- Menjaga aktivitas fisik dengan berolahraga secara teratur.
- Menghindari menahan keinginan buang air besar.
- Biasakan jadwal BAB yang teratur.
Anda dapat menjaga kesehatan pencernaan dan terhindar dari konstipasi dengan melakukan tips-tips diatas. Jika konstipasi tidak kunjung membaik setelah menerapkan langkah-langkah pencegahan, konsultasikan dengan Dokter Umum di Klinik BAMED Meruya untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.