Ditinjau oleh: dr. Cherysa Rifiranda, Sp.O.G
Kehamilan merupakan momen yang membahagiakan dan tak terlupakan bagi wanita. Masa ini menjadi penantian penuh cinta dan kasih sayang untuk menyambut buah hati tercinta. Namun, sayangnya, tidak semua kehamilan berjalan mulus. Ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa mengganggu kebahagiaan ini, salah satunya adalah kehamilan ektopik.
Tak perlu khawatir, artikel ini akan membahas lebih dalam tentang kehamilan ektopik, mulai dari gejala, penyebab, hingga tindakan medis yang dilakukan untuk menanganinya.
Apa itu Kehamilan Ektopik?
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi ketika hasil pembuahan menempel di luar rahim. Kondisi ini paling sering terjadi di tuba falopi, namun bisa juga terjadi di serviks, leher rahim, atau rongga perut.
Sayangnya, kehamilan ektopik tidak bisa dilanjutkan. Hal ini dikarenakan embrio tidak dapat berkembang dengan normal dan berisiko tinggi menyebabkan komplikasi serius, seperti pendarahan hebat yang mengancam jiwa ibu. Oleh karena itu, dalam situasi ini, tindakan menghentikan kehamilan segera menjadi pilihan yang harus diambil.
Gejala Kehamilan Ektopik pada Pasien
Meskipun tidak selalu menunjukkan gejala, kehamilan ektopik umumnya mulai menunjukkan tanda-tandanya antara minggu ke-4 dan ke-12 kehamilan. Berikut beberapa gejala atau ciri-ciri kehamilan ektopik yang perlu diwaspadai:
- Telat haid dan tanda-tanda kehamilan lainnya: Anda dapat merasakan gejala kehamilan normal, seperti mual, muntah, dan payudara terasa sakit.
- Nyeri perut bagian bawah: nyeri ini biasanya terasa di satu sisi dan bisa terasa tajam atau menusuk.
- Pendarahan vagina: pendarahan bisa berupa bercak ringan, pendarahan berwarna merah muda atau coklat, atau bahkan pendarahan hebat.
- Ketidaknyamanan saat buang air kecil atau besar: gejala ini disebabkan oleh iritasi pada organ di sekitar area kehamilan ektopik.
Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala atau ciri-ciri kehamilan ektopik seperti di atas, segera periksakan diri ke Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Deteksi dini dan penanganan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius akibat kehamilan ektopik.
Penyebab Kehamilan Ektopik
Penyebab kehamilan ektopik, umumnya terjadi karena ada kerusakan tuba falopi yang diakibatkan peradangan atau inflamasi sehingga menyebabkan disfungsi tuba. Selain itu gangguan struktur dan dan mobilitas tuba juga dapat menghambat pergerakan sel telur menuju rahim, sehingga sel telur yang dibuahi tertanam di lokasi yang tidak semestinya.
Beberapa penyebab kehamilan ektopik yang mengakibatkan kerusakan tuba falopi dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik antara lain:
1. Endometriosis
Jaringan rahim yang tumbuh di luar rahim dapat menyebabkan peradangan dan jaringan parut pada tuba falopi.
2. Riwayat operasi pada rahim atau perut
Operasi sebelumnya, seperti miomektomi atau tubektomi, dapat meningkatkan risiko terbentuknya jaringan parut pada tuba falopi.
3. Penyakit radang panggul (PID)
Infeksi pada organ reproduksi wanita ini dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada tuba falopi.
4. Gangguan hormon
Ketidakseimbangan hormon, seperti estrogen dan progesteron, dapat mengganggu pergerakan sel telur di tuba falopi.
5. Penyakit menular seksual (PMS)
Infeksi menular seksual seperti gonore dan klamidia dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada tuba falopi.
6. Kelainan bawaan pada tuba falopi
Beberapa wanita terlahir dengan tuba falopi yang abnormal, seperti cacat atau penyumbatan, yang dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik
Selain kondisi-kondisi di atas, beberapa faktor lain yang turut meningkatkan risiko kehamilan ektopik adalah:
- Usia: wanita yang berusia 35 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik.
- Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya: wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya kembali di kehamilan berikutnya.
- Merokok: merokok dapat merusak tuba falopi dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
- Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD): meskipun risikonya rendah, penggunaan IUD dapat sedikit meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
- Program kesuburan: wanita yang menjalani program kesuburan, seperti in vitro fertilization (IVF), memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik.
Cara Mendiagnosa Kehamilan Ektopik
Diagnosis kehamilan ektopik sangatlah penting untuk memastikan kondisi dan mendapatkan penanganan yang tepat. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, antara lain:
- Tes urine: tes urine dilakukan untuk mendeteksi kadar hormon hCG (human chorionic gonadotropin) dalam urine. Hormon hCG diproduksi oleh tubuh selama kehamilan. Kadar hCG yang abnormal pada tes urine dapat mengindikasikan kehamilan ektopik.
- Pemeriksaan USG: ultrasonografi (USG) menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi lokasi kantong kehamilan. Pada kehamilan ektopik, kantong kehamilan tidak akan terlihat di dalam rahim, melainkan di tuba falopi, serviks, atau rongga perut.
- Tes darah lengkap: tes darah lengkap dilakukan untuk memeriksa anemia, yang bisa terjadi akibat perdarahan di dalam rongga perut atau panggul akibat kehamilan ektopik.
Dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan panggul atau laparoskopi, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kondisi pasien. Jika Anda mengalami gejala-gejala yang mungkin mengindikasikan kehamilan ektopik, segera periksakan diri ke Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Tindakan Medis Kehamilan Ektopik oleh Dokter
Kehamilan ektopik memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi serius yang dapat mengancam nyawa ibu. Berikut beberapa tindakan medis yang umum dilakukan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk menangani kehamilan ektopik:
1. Methotrexate
Methotrexate adalah obat yang disuntikkan untuk menghentikan perkembangan kehamilan ektopik pada tahap awal. Obat ini bekerja dengan menyerap kantong kehamilan dan melindungi tuba falopi dari kerusakan lebih lanjut. Setelah pemberian suntikan methotrexate, dokter akan memantau kadar hormon hCG secara berkala untuk memastikan kehamilan telah terhenti.
2. Laparoskopi
Laparoskopi adalah prosedur bedah minimal invasif dengan membuat sayatan kecil di dekat pusar. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi kemudian memasukkan laparoskop dan kamera untuk melihat dan mengangkat embrio, serta memperbaiki kerusakan jaringan atau organ akibat perdarahan internal. Laparoskopi juga dapat dilakukan untuk mengangkat tuba falopi yang rusak parah.
3. Laparotomi
Laparotomi adalah prosedur bedah dengan membuat sayatan yang lebih besar di perut. Tindakan ini dilakukan jika kehamilan ektopik menyebabkan perdarahan hebat di dalam perut dan panggul. Setelah laparotomi, pasien perlu beristirahat selama minimal tiga bulan sebelum mencoba hamil kembali.
Kehamilan ektopik merupakan kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera. Jika Anda mengalami gejala-gejala yang mungkin mengindikasikan kehamilan ektopik, segera periksakan diri ke Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Klinik BAMED yang tersedia di cabang Meruya, Bintaro, Dharmawangsa, Bekasi, dan Tebet. Ingatlah bahwa kesehatan Anda adalah prioritas utama. Jangan ragu untuk konsultasikan kehamilan Anda kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.