Ditinjau oleh: dr. Sonia Hanifati, Sp.D.V.E
Virus varicella-zoster (VZV) adalah penyebab utama herpes zoster, atau yang lebih dikenal sebagai cacar api atau dompo. Penyakit kulit ini dapat menyerang siapa saja dan sering kali dianggap sepele, padahal jika tidak ditangani dengan benar, dapat menimbulkan komplikasi yang serius. Meskipun namanya mirip dengan herpes simplex, keduanya berasal dari virus yang berbeda dan memiliki karakteristik tersendiri.
Herpes zoster umumnya hanya terjadi sekali seumur hidup, namun dalam kasus tertentu, bisa kambuh kembali. Meskipun tidak mengancam nyawa, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi, pengobatan dengan antivirus sangat dianjurkan.
Baca Juga: 10 Tips Mengatasi Warna Kulit yang Tidak Merata
Apa Itu Herpes Zoster?
Herpes zoster, atau cacar api, merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV). Awalnya, virus ini menginfeksi tubuh sebagai penyebab cacar air, kemudian tetap berada dalam sistem saraf dalam kondisi tidak aktif. Pada kondisi tertentu, virus bisa aktif kembali dan menimbulkan herpes zoster. Penyakit ini ditandai dengan munculnya ruam dan bintil berisi cairan yang berkelompok di satu sisi tubuh, seperti di pinggang, dada, atau wajah. Selain itu, gejala seperti nyeri, gatal, dan demam sering menyertai, menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup mengganggu.
Meskipun sering disamakan dengan herpes simplex, herpes zoster berasal dari virus yang berbeda. Penyakit ini tidak menular langsung dari satu orang ke orang lain. Namun, seseorang yang belum pernah terkena cacar air atau belum mendapatkan vaksin bisa tertular virus varicella-zoster melalui kontak dengan cairan dari bintil herpes zoster. Jika terinfeksi, orang tersebut akan mengalami cacar air terlebih dahulu, bukan langsung terkena penyakit tersebut.
Penularan virus ini terjadi melalui kontak langsung dengan ruam atau cairan lepuhan, bukan melalui udara atau interaksi sehari-hari seperti berbicara atau berjabat tangan. Menutup ruam dan menjaga kebersihan menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko penyebaran virus, terutama kepada mereka yang belum memiliki kekebalan terhadap varicella-zoster.
Gejala Herpes Zoster
Timbul rasa tidak nyaman di tubuh sering kali menjadi tanda awal infeksi herpes zoster. Penyakit ini disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster yang sebelumnya menyebabkan cacar air. Setelah bertahun-tahun tidak aktif dalam tubuh, virus ini bisa kembali aktif dan menyebabkan ruam menyakitkan yang muncul di sepanjang jalur saraf. Gejalanya berkembang secara bertahap, dimulai dari sensasi aneh pada kulit hingga munculnya lepuhan berisi cairan. Memahami tahapan gejala herpes zoster dapat membantu dalam mendeteksi serta menangani kondisi ini dengan lebih cepat.
1. Nyeri dan Sensasi Tidak Nyaman Sebelum Ruam Muncul
Pada tahap awal, penderita sering mengalami sensasi nyeri, kesemutan, atau sensasi terbakar pada satu sisi tubuh. Rasa nyeri ini bisa berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu sebelum munculnya ruam. Selain itu, beberapa orang mengalami gejala mirip flu seperti demam, menggigil, sakit kepala, serta kelelahan. Kelenjar getah bening juga bisa membengkak sebagai respons tubuh terhadap infeksi.
2. Munculnya Ruam dan Lepuhan Berisi Cairan
Setelah fase awal, ruam kemerahan mulai timbul di area yang sebelumnya terasa nyeri. Ruam ini kemudian berkembang menjadi lepuhan kecil berisi cairan yang menyerupai cacar air. Biasanya, ruam muncul hanya di satu sisi tubuh, seperti di punggung, dada, leher, atau perut. Dalam beberapa kasus, ruam dapat muncul di wajah, terutama di sekitar mata, hidung, mulut, dan telinga, yang berisiko menimbulkan komplikasi serius.
3. Perkembangan dan Pecahnya Lepuhan
Lepuhan yang terbentuk akan bertahan selama beberapa hari sebelum akhirnya pecah dan mulai mengering. Proses ini biasanya berlangsung sekitar 7–10 hari. Setelah lepuhan mengering, luka akan membentuk keropeng dan secara bertahap menghilang dalam 2–4 minggu. Pada beberapa kasus, jaringan kulit di sekitar lepuhan bisa membengkak dan terasa sangat sensitif saat disentuh.
4. Nyeri Pasca Herpes yang Berkepanjangan
Meskipun ruam telah sembuh, sebagian orang mengalami nyeri berkepanjangan yang dikenal sebagai nyeri pasca herpes (postherpetic neuralgia/PHN). Nyeri ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah lepuhan menghilang. Sensasi yang dirasakan meliputi nyeri seperti terbakar, tertusuk jarum, hingga kaku di area bekas ruam. PHN lebih sering terjadi pada orang lanjut usia dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
5. Herpes Zoster di Area Mata (Herpes Zoster Ophthalmicus)
Jika infeksi mengenai area wajah, terutama mata, kondisi ini disebut herpes zoster ophthalmicus. Ruam dan lepuhan muncul di kelopak mata, dahi, hingga sekitar hidung. Gejala yang menyertai dapat berupa mata merah, nyeri berdenyut, kelopak mata bengkak, serta penglihatan kabur. Infeksi di area ini perlu ditangani segera untuk mencegah risiko komplikasi yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen.
Penyebab Herpes Zoster
Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tidak sepenuhnya hilang dari tubuh. Sebaliknya, virus tetap berada dalam keadaan tidak aktif di dalam sel saraf, khususnya di sumsum tulang belakang dan otak. Dalam kondisi tertentu, virus dapat aktif kembali dan menyerang saraf serta kulit, memicu munculnya ruam dan gejala lainnya. Tidak semua orang yang pernah mengalami cacar air akan mengalami herpes zoster, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko reaktivasi virus ini.
1. Usia Lanjut
Semakin bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh seseorang cenderung melemah. Orang yang berusia 50 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi mengalami herpes zoster dibandingkan kelompok usia yang lebih muda. Melemahnya daya tahan tubuh membuat virus varicella-zoster lebih mudah aktif kembali dan menyebabkan gejala herpes zoster.
2. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah
Beberapa kondisi medis dapat melemahkan sistem imun, sehingga meningkatkan risiko reaktivasi virus varicella-zoster. Penyakit seperti HIV/AIDS dan kanker dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk herpes zoster. Selain itu, orang yang menjalani transplantasi organ dan mengonsumsi obat-obatan penekan sistem imun, seperti kortikosteroid dalam jangka panjang, juga lebih berisiko mengalami kondisi ini.
3. Stres Fisik dan Emosional
Tekanan emosional dan stres berkepanjangan dapat memicu pelepasan senyawa kimia dalam tubuh yang berdampak pada sistem kekebalan. Ketika daya tahan tubuh menurun akibat stres, virus varicella-zoster yang sebelumnya tidak aktif bisa kembali aktif dan menyebabkan herpes zoster. Stres juga bisa memperburuk gejala yang dialami oleh penderita, membuat nyeri yang muncul terasa lebih intens.
Obat Herpes Zoster
Perlu diperhatikan bahwa pengobatan herpes zoster bertujuan untuk meredakan gejala, mempercepat penyembuhan, dan mencegah komplikasi. Penanganan yang tepat dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan serta meminimalkan risiko masalah kesehatan yang lebih serius. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Pemberian Obat Antivirus
Obat antivirus seperti asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir sebaiknya dikonsumsi dalam waktu 72 jam setelah ruam muncul agar lebih efektif dalam mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi keparahan gejala. Penggunaan obat ini membantu menghambat perkembangan virus dan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.
2. Penggunaan Obat Pereda Nyeri
Nyeri akibat herpes zoster dapat diatasi dengan obat pereda nyeri seperti paracetamol dan ibuprofen. Jika rasa sakit yang dialami cukup intens, dokter dapat meresepkan obat khusus untuk nyeri saraf, seperti gabapentin. Beberapa kasus mungkin memerlukan penggunaan obat oles yang mengandung lidokain untuk memberikan efek mati rasa pada area yang terkena.
3. Perawatan Mandiri di Rumah
Beberapa langkah sederhana dapat membantu meringankan gejala herpes zoster. Mandi dengan air dingin dapat membantu meredakan peradangan dan memberikan efek menenangkan pada kulit. Mengompres ruam dengan kain dingin juga bisa mengurangi rasa gatal dan nyeri. Dan juga, mengoleskan losion kalamin dapat membantu menenangkan iritasi kulit.
4. Menjaga Kebersihan dan Kenyamanan Kulit
Mengenakan pakaian longgar dengan bahan lembut seperti katun dapat mengurangi gesekan dan iritasi pada kulit yang terkena herpes zoster. Menutup ruam dengan kain bersih juga penting untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi sekunder yang dapat memperburuk kondisi kulit.
5. Konsultasi dengan Dokter
Meskipun beberapa langkah dapat dilakukan secara mandiri, tetap penting untuk berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Pemantauan medis diperlukan untuk memastikan efektivitas terapi serta mencegah komplikasi lebih lanjut, terutama bagi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Pencegahan Herpes Zoster dengan Vaksin
Melakukan vaksinasi adalah langkah penting dalam mencegah infeksi herpes zoster serta mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi. Virus varicella-zoster, yang menyebabkan herpes zoster, dapat tetap berada dalam tubuh setelah seseorang sembuh dari cacar air dan kembali aktif di kemudian hari. Oleh karena itu, vaksinasi menjadi perlindungan utama agar penyakit ini tidak berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui mengenai vaksin herpes zoster:
1. Vaksin Direkomendasikan untuk Orang Dewasa
Vaksin herpes zoster direkomendasikan bagi orang berusia 50 tahun ke atas, bahkan bagi mereka yang tidak mengingat pernah mengalami cacar air. Vaksin ini diberikan dalam dua dosis dengan jarak antara 2 hingga 6 bulan. Sementara, individu berusia 19-50 tahun yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah juga disarankan mendapatkan vaksin dengan jarak pemberian dosis sekitar 1-2 bulan. Dengan vaksinasi, risiko terkena herpes zoster serta tingkat keparahan gejalanya dapat diminimalkan.
2. Mencegah Komplikasi Herpes Zoster
Salah satu komplikasi utama herpes zoster adalah neuralgia pasca herpes (NPH), yaitu nyeri saraf yang berlangsung lama bahkan setelah ruam sembuh. Nyeri ini dapat bertahan selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari. Vaksin herpes zoster terbukti mampu mengurangi kemungkinan terjadinya NPH dan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap dampak jangka panjang penyakit ini.
3. Efek Samping dan Pertimbangan Sebelum Vaksinasi
Setelah menerima vaksin, beberapa efek samping ringan mungkin muncul, seperti nyeri, kemerahan, atau pembengkakan di lokasi suntikan. Beberapa orang juga mengalami kelelahan atau sakit kepala. Namun, vaksin ini tetap aman bagi sebagian besar orang. Ada beberapa kondisi di mana seseorang tidak disarankan untuk menerima vaksin, misalnya jika sedang mengalami infeksi herpes zoster aktif, memiliki riwayat reaksi alergi parah terhadap komponen vaksin, atau sedang dalam kondisi kesehatan yang kurang baik. Jika ragu, berkonsultasi dengan tenaga medis sangat dianjurkan sebelum melakukan vaksinasi.
Baca Juga: Penyakit Kulit yang Bisa Ditangani dengan Laser V-Beam
Semoga dengan memahami gejala, penyebab, pengobatan, dan langkah pencegahan herpes zoster, masyarakat dapat lebih waspada terhadap risiko penyakit ini. Konsultasi dengan dokter menjadi langkah penting untuk memastikan penanganan yang tepat serta memantau perkembangan kondisi guna mencegah komplikasi yang lebih serius.
Melindungi diri dengan vaksinasi juga merupakan keputusan bijak untuk mengurangi risiko infeksi dan dampak jangka panjang yang ditimbulkan. Jika Anda mengalami gejala atau ingin berkonsultasi lebih lanjut, Layanan Spesialis Dermatologi, Venereologi, dan Estetika di Klinik BAMED siap membantu memberikan solusi terbaik sesuai kebutuhan Anda.